Di setiap daerah, memiliki budayanya sendiri pada saat makan. Budaya yang dimiliki pun sangat beragam dan bisa dibilang unik dan memiliki sejarahnya tersendiri. Kali ini, Agni bakalan bahas 5 tata cara makan (table manner) yang sudah menjadi budaya di Jepang.
1. 正座 (せいざ)
Cara duduk orang Jepang pada saat upacara minum teh |
Di Jepang ada tradisi tentang
tata cara duduk yang sudah menjadi budaya di kalangan masyarakatnya, budaya itu disebut dengan seiza atau duduk dengan tepat. Biasanya kita akan mudah mendapati kebiasaan duduk ini
pada saat mengikuti acara-acara yang bersifat formal atau resmi, misalnya pada
acara minum teh dan acara-acara khusus lainnya yang berlantaikan tatami, yaitu tikar
tradisional Jepang yang dibuat dari jerami yang ditenun. Posisi duduk seiza
pada saat sedang mengikuti acara-acara formal tersebut adalah yang paling sopan
di Jepang.
Tradisi seiza ini mulai dikenal sejak adanya tradisi atau budaya minum teh orang-orang Jepang pada masa Muromachi (1392–1573) hingga pada masa Edo (1603–1868), tradisi ini akhirnya mulai ditetapkan sebagai cara duduk yang paling tepat untuk dilakukan pada situasi-situasi formal di Jepang. Di pertengahan masa Edo tersebut, seiza terus mengalami perkembangan yang sangat pesat, dan mulai dipakai oleh masyarakat Jepang secara keseluruhan, hingga akhirnya seiza menjadi ukuran pasti tentang tata cara dan postur tubuh yang paling tepat saat duduk sampai saat ini.
Meskipun kelihatannya seiza ini
sangat mudah untuk dilakukan, namun banyak orang
yang tidak bisa atau tidak tahan duduk dengan posisi seperti itu. Itulah
sebabnya mengapa orang Jepang sudah sejak dini mengajarkan anak-anak mereka
untuk melakukan tradisi ini.
Untuk bisa duduk dengan posisi
seiza, kita harus menempatkan lutut di lantai dan mendudukkan bokong tepat
di bagian atas kaki. Ujung kaki juga harus rata di lantai. Bagi yang tidak
terbiasa atau baru pertama kali melakukannya, duduk seiza akan terasa sangat
menyakitkan, dan akan membuat kaki kesemutan, kram, dan menjadi kaku. Biasanya
keadaan seperti ini sering terjadi pada para pendatang atau turis.
2. おしぼり
おしぼり |
Oshibori adalah handuk hangat yang diberikan oleh
pelayan Restoran Jepang saat kita akan makan. Oshibori ini dipandang sebagai
lambang kehormatan. Menurut sejarah, jaman dahulu oshibori dipakai sebagai lap
muka untuk tamu (pengelana) yang beristirahat di rumah penduduk setelah
perjalanan panjang, supaya kembali segar.
Istilah oshibori berasal dari kata kerja Jepang
yakni shiboru (絞る), yang berarti “memeras”. Oshibori juga dikenal sebagai otefuki, dimana
tefuki (手拭き) ini berarti sapu tangan. Hal ini dimulai ketika periode Edo dimulai
sekitar tahun 1600an, penggunaan oshibori menjadi terkenal. Sepotong kain direndam di dalam air dan diberikan kepada pengunjung
yang berhenti untuk beristirahat. Kain yang hangat dan bersih memberikan rasa
nyaman pada pengunjung. Tidak lama setelah itu, popularitas oshiburi secara
cepat menyebar di era modern Jepang dan saat ini merupakan standar dasar
penjamuan di seluruh dunia, mulai dari penerbangan, restoran, hotel, dan bahkan
toko serba ada. Oshibori biasanya terbuat dari materi katun dan dibasahi oleh
air.
Secara umum, oshibori digunakan untuk membersihkan
tangan. Saat mendapatkan oshibori, kita dapat mengelap
tangan dengan handuk basah yang bersih. Saat musim panas, handuk tersebut akan
dingin, di musim yang lain handuk tersebut hangat. Oshibori dibuat hanya untuk
mengelap tangan saja dan hal tersebut tidak pantas digunakan pada wajah untuk
mengelap keringat. Setelah menggunakan oshibori sebelum makan, lipat oshibori
dengan baik karena setelah makan akan menggunakan sisi yang lain dari handuknya lagi.
3. 「いただきます」と「ご馳走様でした」
Kata itadakimasu berasal dari kata itadaku, yang berarti menerima. Maksud kata tersebut adalah,
manusia menerima manfaat yang telah diberikan oleh hewan dan tumbuhan sebagai
bahan makanan. Pengucapan kata itadakimasu sebelum makan merupakan ekspresi
terima kasih atas manfaat yang telah diterima dari makanan tersebut.
Orang Jepang setelah makan
mengucapkan gochisousama (ご馳走様). Kata go dari gochisousama adalah ekspresi dari bentuk
hormat atau sopan. Dillihat dari kanjinya, kata chi (馳) dari chisou (馳走) diartikan berkeliling menunggang kuda.
Sedangkan sou (走)
dari chisou, berarti lari. Dengan kata lain kata gochisousama bisa diartikan
dengan menyiapkan sesuatu dengan berlari berkeliling ke sana kemari. Untuk
menghidangkan makanan, dipilih bahan makanan yang baik dan memasak dengan penuh
kecermatan. Jadi, karena usaha dari orang-orang, manusia bisa menikmati suatu
hidangan. gochisousama menunjukkan rasa menghargai atau menghormati dan rasa
terima kasih atas usaha orang-orang tersebut.
4. Chawan
Chawan |
Chawan adalah mangkuk nasi atau
cangkir teh. Orang Jepang makan menggunakan mangkuk kecil yang berisi nasi atau
sup. untuk menggunakannya pun ada aturan, yaitu tangan kiri memegang mangkuk
dan tangan kanan memegang sumpit. Dahulu, penggunaan tangan kiri/kidal dilarang
oleh masyarakat Jepang. Setelah munculnya restorasi Meiji di Jepang barulah
penggunaan tangan kidal diterima itupun karena pengaruh budaya barat yang masuk
ke Jepang.
Di Indonesia makan berbunyi
dianggap tidak sopan, sementara di Jepang makan berbunyi saat seruput kuah sup,
mie panas dianggap sopan dan menikmati masakan yang dihidangkan. Teknik seruput
ini memudahkan untuk menikmati mie panas/sup dengan cepat dan lahap. Adapun
untuk menyeruput, mangkuk diangkat setinggi mulut tapi tidak boleh menyentuh
kecuali ketika minum teh atau meminum sup/kuahnya.
5. お箸 (おはし)
Di Jepang penggunaan sumpit pun
harus diperhatikan karena bila salah akan membuat orang disekitarnya sensitif.
Ketika mulai menyantap makanan, jangan mulai memegang sumpit terlebih dahulu,
pertama-tama harus memulai memegang chawan. Setelah chawan ditempatkan dimeja
atau dipegang oleh tangan kiri, baru boleh mulai mengambil sumpit. Setelah
makanan habis, sumpit bisa diletakan disamping chawan seperti semula.
Penggunaan sumpit yang baik dan
benar sangat penting ketika kita berada di tempat makan, cara memegang sumpit
yang salah, bisa membuat orang disekitar kita menjadi tersinggung dan marah.
- Jika telah selesai memakai sumpit, letakan ujung sumpit di sebelah kiri.
- Jangan memberikan hidangan/makanan dari sumpit kita ke sumpit orang lain secara langsung, perbuatan itu tidak sopan.
- Jangan mamainkan sumpit di sekitar piring atau makanan dan membuat sumpit jadi bahan mainan.
- Jangan menggunakan sumpit kepada makanan dengan cara seperti menancapkan dupa.
- Dilarang menggigit sumpit.
- Dilarang menusuk makanan dengan sumpit.
- Makan apa saja yang diberikan oleh orang lain ke kita.
- Jangan menolak apa yang diberikan kepada kita dari atasan, orang paling tua atau dari tuan rumah, ini merupakan kebiasaan yang lazim dimana tamu menghargai tuan rumah dengan memakan apa yang diberikan. Namun kebiasaan ini dapat kita tolak tengan alasan kuat, misalnya kita memiliki alergi atau alasan agama yang tidak boleh memakan makanan tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar